Bab 1. Apakah Gereja Nestorian tertua di
Indonesia ?
Sebagian besar masyarakat indonesia berpendapat bahwa kristen masuk ke
Indonesia dimulai pada zaman VOC berkuasa, kalo menurut beberapa peneliti,
seperti Dr. Theodore Mueller-Krueger mengatakan bangsa Portugis yang datang ke
Indonesia pada abad 16, merekalah yang pertama menjadi penyiar-penyiar agama
kristen, sepuluh tahun kemudian Rahmat Subagya (Romo Y. Bakker, seorang
rohaniawan Ordo Serikat Yesus) mengatakan bahwa ada bukti perluasan Gereja
Nestorian di Indonesia .
Keberadaan Gereja Nestorian di Indonesia dibuktikan dengan peninggalan purbakala dan fakta sejarah dari
pelbagai sumber maka bisa disimpulkan bahwa Gereja Nestorian di Indonesia telah
ada kira-kira abad ke 12, juga bisa disimpulkan bahwa dari sisi apologetika
keberadaan Gereja Kristen di Indonesia adalah warisan bangsa penjajah dan dari
sisi kerohanian bahwa Allah tidak pernah mengabaikan bangsa Indonesia dari
jangkauan Kasih anugerahNya dan akibat langsung yang dirasakan adalah Allah
telah memiliki rencana keselamatan untuk Indonesia ke depan.
Bab 2 Sejarah berdirinya Gereja
Katolik di Indonesia
Keberadaan Gereja Katolik di Indonesia di perkirakan dibawah oleh bangsa
Belanda dengan VOC-nya tapi ada beberapa hal-hal yang perlu kita perhatikan
sebagai latar belakangnya, dimulai dari ciri-ciri Gereja Katolik di eropa(tahun
1500), struktur organisasinya hierarki dimana Paus sebagai pimpinan tertinggi,
dimana mereka memberlakukan kebijakan yang baku tentang penggembalaan,
pemuridan, dan tata peribadahan (termasuk penggunaan bahasa latin dalam liturgi
mereka). Katolik lebih memetingkan sakramen-sakramen daripada pengajaran
Alkitab.
Misi katolik di Indonesia diperkirakan di mulai abad ke 16, dimana orang
Portugis yang masuk dan menjajah di Indonesia banyak menguasai daerah pesisir
dan membangun benteng pertahanan di beberapa titik strategis, contohnya di
daerah maluku, NTT dan sekitarnya.
Di maluku misalnya ada seorang imam bernama Franciscus Xaverius
(berkebangsaan spanyol) Jesuit yang paling termasyhur, beliau dianggap sebagai
utusan Katolik yang terbesar sepanjang sejarah, beliau melayani di Ambon,
kemudian berlanjut ke Ternate dan di Halmahera selama 15 bulan (antara tahun
1546-1547). Berikut metode pelayanan Franciscus Xaverius yang juga diikuti oleh
penerusnya yaitu
1.
Penghafalan
asas-asas kepercayaan Gereja dan syair-syair yang dinyanyikan sangat sesuai
untuk warga tunaaksara
2.
Pemuridan
di fokuskan pada masa kanak-kanak dan masa usia lanjut
3.
Materi
katekisasi yaitu memberikan pengajaran Alkitab dan pemberitaan injil supaya
umat sungguh percaya kepada Yesus Kristus dan tidak percaya lagi kepada berhala
4.
Pelayanan
dengan menitikberatkan pada mujizat-mujizat yang nyata
Ada 4 daerah di Indonesia yang
perkembangannya terlihat jelas yaitu :
·
Maluku
utara, Pada pertengahan abad ke 16 misi Katolik berkembang paling menonjol di
Halmahera dan di Morotai, konon terdapat 80.000 orang Kristen yang menghuni 47
buah kampung Kristen, puncaknya terjadi pada tahun 1570 dimana terjadi
konfrontasi sehingga Portugis harus angkat kaki dan berpindah ke Tidore, kemudian
bangsa Belanda masuk dan membawa aliran Protestan sehingga banyak pengikut katolik
yang beraalih ke Protestan.
·
Maluku
Selatan ( Ambon ), dampak perubahan politik dan perang di Maluku Utara terasa
sampai ke selatan, sampai tahun 1605 terdapat 16.000 orang kristen di Ambon,
Lease dan Seram. Dari sisi politik Gereja Katolik paling kuat disekitar benteng
(Gereja Benteng)
·
Sulawesi
Utara, Pada tahun 1560an, Kekristenan berkembang di Sulut dan di Sangir-Talaud,
di bawah pengaruh penjajah yaitu Portugis, Spanyol dan dilanjutkan oleh Belanda
·
Nusa
Tenggara Timur, Riwayat Gereja di NTT, Flores dan Timor pada tahun 1556 ada
berita bahwa Padri Antonio dari Ordo Domician telah membaptis 5.000 dan itu
berkembang terus sampai Belanda masuk dan banyak juga yang berpindah ke
Protestan.
Penyebarluasan Misi Katolik pasca
pembuabaran VOC 1799, Kalangan Katolik sangat menyambut baik dan adanya juga
prinsip kebebasan agama.
Bab 3. Gereja Protestan
pada zaman VOC ( 1605-1799 )
Gereja Protestan memang
bisa diakatan adalah produk impor karena dibawa oleh negara Belanda saat
menjajah di Indonesia, ada 4 hal yang bisa menggambarkan masuknya Gereja
Protestan di Indonesia
1.
Gereja
Reformed Belanda & Ideologinya ( Tahun 1600 )
Setelah tokoh Reformed Yohanes Calvin
wafat (tahun 1564) maka pengikutnya terus bejuang keras untuk tetap
mempertahankan ajarannya misalnya Sola
fide Dibenarkan hanya oleh Iman, Sola
Gratia Diselamatkan hanya oleh Anugerah, Sola Scriptura Alkitab adalah sumber kuasa dan otoritas bagi orang
pilihan. Prinsip dasar Iman Kristen adalah Firman Tuhan perlu diteguhkan dengan
pekerjaan roh Kudus untuk menghidupkan Iman sejati. Ada beberapa catatan
tentang kebijakan dan pelayanan misi belanda di Indonesia yaitu memetingkan
penerjemahkan Alkitab, mengajarkan katekismus Heidelberg dan doktrin Gereja
Eropa, Kepentingan dagang masih sangat menonjol daripada penginjilan.
2.
Perutusan
Reformed di bawah Pengawasan VOC
VOC memberikan kesempatan kepada
pendeta Kristen Belanda sebagai utusan injil untuk melayani di Ambon dan
membantu pihak Gereja Reformed Belanda dalam melaksanakan tugas pelayanan di
berbagai daerah di Indonesia tapi ada syaratnya juga misalnya VOC meminta untuk
pengutusan injil tidak mengganggu kepentingan dagang dan politik mereka.
Gereja – gereja VOC terus
menyebar ke seluruh Indonesia, mulai dari maluku, Sulut dan Sangir Talaud,
Timor sampai ke Batavia tapi ada juga utusan injil yang sampai ke Kalimantan
dan Sulawesi dan banyak orang yang dibaptis dan diselamatkan. Van den End
pernah memperkirakan sepanjang zaman VOC terdapat sekitar seratus ribu orang
lebih orang Indonesia yang telah masuk Kristen.
Bab 4. Angin Pembaruan berembus
dari negeri Belanda ke maluku dan Minahasa
Setelah VOC dibubarkan
dan dilanjutkan zaman Pemerintahan Hindia Belanda, maka apa yang terjadi di
negeri Belanda juga berdampak di Indonesia, pada tahun 1800 Pemerintah Hindia
Belanda menggambungkan seluruh Gereja Protestan di Indonesia menjadi sebuah
Gereja Protestan Indonesia (GPI), mencabut bantuan keuangan mereka kepada
Gereja, mereka yang memilih dan menteapkan pengurus Gereja Protestan di
Indonesia dan pengurusnya dari Pendeta Belanda dan mereka tidak peduli akan
hakikat keberadaan Gereja yang sebenarnya.
Untuk pekerjaan misi
Gereja Pemerintahan Hindia-Belanda memberikan kebijakan yaitu menjadikan
penginjilan sebagai perpanjangan tangan politik mereka, mereka hanya
mengijinkan penginjilan di daerah tertentu saja terutama di Pulau Jawa dan Aceh
yang mayoritas memeluk agama Islam agar tetap terjaga kerukunan hidup beragama.
Saat itu juga berkembang
Gerakan Pencerahan ( Gereja posisinya bebas tanpa intervensi pemerintah dan
Gerakan Pletisme ( Gereja mempraktekan kehidupan berIbadah yang saleh dengan
ada hubungan yang intim dengan Tuhan.
Joseph Kam melayani
penginjilan khususnya di Tanah Maluku dan Johann Friedrich Riedel Tanah
Minahasa, keduanya dipakai Tuhan luar biasa, sampai menimbulkan corak
kekristenan di kedua daerah tersebut.
Bab 5. Babad Gereja Ing Tanah Jawi (Abad ke 19)
Sejak kedatangan
penginjil dari Maluku dan Minahasa, mereka berhadapan dengan kepercayaan lama,
agama asli suku setempat dan kosmologi Hindu-Jawa dan tentunya ajaran agama
Islam yang banyak dianut oleh orang jawa. Penginjilan di Jawa banyak
dipengaruhi oleh kebijakan Politik Kolonial dan Kebudayaan Jawa, yang membuat
penginjilan kurang berkembang karena untuk menjaga stabilitas keamanan di jawa
juga karena orang Jawa mengganggap agama itu hanya ngelmu saja.
Ada tiga pusat
penginjilan di Jawa dengan tiga tokoh penting yaitu Emde di Surabaya ( 1851 0, Coenrad
Coolen di Ngoro ( 1830 ) ; J.E. Jellesma ( 1850-1858) . Karya Pelayanan ketiga
orang tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Gereja Kristen Jawi Wetan dan
pada 1931 seluruh GKJW telah dikukuhkan berstatus otonom, independen dan tidak
lagi berada di bawah pembinaan utusan misi Belanda.
Corak awal pekabaran
injil dimulai oleh Paulus Tosari (Kasan ) yang berasal dari Pulau madura yang
dipanggil dan dipilih Tuhan lewat pelayanan Coolen dan terus memberitakan injil
dengan pendekatan Jawa-sentris sampai dibentuknya pergerakan “Yerusalem baru “,
lain lagi dengan Kiai Ngabdullah alias Tunggul Wulung terus menginjil walau
harus berseberangan dengan Belanda sampai akhirnya terus tumbuh jemaatnya
sampai menjadi G ereja Muria dan juga Kiai Sadrach yang pelayanannya banyak di
Jawa Tengah, beliau menyampaikan injil dalam bentuk ngelmu sehingga tokoh Yesus
digambarkan sebagai nabi Ngisa Rohullah dan ratu Adil, sehingga ribuan jiwa
dibawa kepada Tuhan.
Bab 6. Gereja di Sumatera dan Daerah sekitarnya (
1830-1940 )
Memang Agama islam
tersebar luas di Pulau sumatera, hanya di bagian utara yaitu di daerah kediaman
suku batak yang Islam tampak kurang. Orang Batak lebih cenderung memegang
kepercayaan lama nenek moyang mereka dan terkenal karena keteguhan karakter
mereka seperti dua Raja yang paling termasyur itulah Raja Lumbantobing dan Si
Singamangaraja XI/XII.
Pekabaran injil pertama
kali di tanah Batak, dirintis oleh dua orang utusan Baptis berkebangsaan
Inggris pada Tahun 1824, kemudian oleh orang Amerika tapi semuanya kandas
bahkan ada yang jadi martir Kristen sampai akhirnya datang utusan dari Jerman
yaitu Ludwig I. Nommensen tahun 1862, walau di awal juga mengalami banyak
kesulitan dan tantangan tapi terus berkembang dan banyak orang yang
diselamatkan, beliau bukan saja menyampaikan injil tapi juga mengupayakan
peningkatan di bidang pertanian dan perternakan, mendirikan sekolah-sekolah dan
masih banyak lagi pelayanan dan karya beliau di tanah batak.
Perkembangan Gereja di
beberapa daerah di luar sumatera, antara lain di kalimantan beberapa penginjil
masuk pertama kali di kota Banjarmasin tahun 1836 itupun lewat banyak situasi
sulit, kerusuhan dll, begitu juga di Kalimantan Timur dan Barat pada 1930
terjadi kegerakan Roh kudus, beribu-ribu orang bertobat terutama mereka yang
ber etnis suku Dayak, juga di Sulawesi Tengah dan Selatan, lewat dua orang
perintis Gereja yaitu Kruyt dan Adriani banyak jiwa diselamatkan, di Papua ada
dua penginjil pertama Geissler dan Ottow pada tahun 1855 dan terakhir di Nusa
Tenggara Timur perluasan penginjilan terjadi pada tahun 1930 dan terus
berkembang sampai ratusan ribu orang diselamatkan.
Bab 7.
Dari Era Penjajahan menuju Gereja Indonesia yang dewasa (Abad ke 20)
Dimulai dari Pergerakan
Zendling dimana cirinya telah mulai lepas dari pengawasan pemerintah Hindia
Belanda, mulai bertambahnya pelayan-pelayan di berbagai lini kehidupan dan juga
yang penting kedatangan Hendrik Kraemer dimana terjadi dobrakan besar jiwa paternalistik,
lebih tekun dalam pekabaran injil.
Gereja Protestan makin
berkembang cukup luas dan merata di pelbagai tempat diIndonesia juga
PerIbadahan Kristen dibawah naungan GPI awalnya pakai bahasa melayu, sebelum
masuk pada khotbah biasanya dilayani oleh orang Indonesia tapi yang berkhotbah
adalah para zendeling, pujian bercampur sesuai dengan tempat atau etnis berada.
Keadaan gereja pada tahun
1945-1970 malah diawali dengan perpecahan gereja yang terjadi karena perbedaan
etnis, masuknya zendling dari amerika. Pada tahun 1950 lahirlah Dewan Gereja
Indonesia yang kemudian berganti nama pada tahun 1984 menjadi Persekutuan
Gereja-gereja Indonesia (PGI).
Tantangan masa depan
adanya Gerakan religious pluralism, banyak suku belum terjangkau, ada masalah
di Gereja dan pengutusan dan masih banyak hal lain lagi.
Bab 8.
Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia
Dimulai dari zaman
Portugis dimana ada persaingan sampai mau menguasai wilayah kekuasaan baru,
dilanjutkan lagi waktu zaman VOC tapi keadaan lebih berbeda sedikit mereka
lebih menghindari persaingan dan perlawanan, sehingga Kristen bisa sedikit
diterima oleh Islam. Bahkan terjadi toleransi yang baik, saling menerima dalam
perbedaan.
Bab 9 Akar Sinkretisme dan pertanyaan tentang efektivitas
strategi Penginjilan
Memang terjadi perpaduan
dari aliran dan juga latar belakang penginjilnya sehingga terdapat perbedaan di
beberapa Gereja, misalnya J.F. Riedel seorang Pietis utusan NZG, menginjil di
daerah Minahasa Sulut yang menngajarkan tentang pentingnya kita mengalami
kehidupan yang saleh dalam kasih Karunia Tuhan lain lagi dengan J.W. Thomas dan
W.H. Sundermann mereka mengajarkan tentang bahaya dosa dan manifestasi Roh
kudus bagi orang percaya, walaupun sepertinya berbeda tapi semua mengarah pada
Kristus.
Tantangan dalam
penginjilan waktu itu sangatlah berat mulai dari budaya, masih percaya pada
takhyul, alam dll tapi itu semua bisa diubah dengan pendekatan individualistik
dan menyesuaikan dengan budaya dan secara sedikit demi sedikit. Tapi diatas
semuanya itu kita tahu Allah sendiri bekerja dengan caraNya untuk menyelamatkan
orang percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar